Menemukan Kandidat Obat dengan Memanfaatkan Teknologi
Pengembangan obat dan penemuan obat baru
penting dilakukan karena semakin beragamnya penyakit dan banyak penyakit baru
yang muncul dan belum ada obatnya salah satu contohnya adalah COVID-19 yang
menyebabkan pandemi beberapa tahun belakangan ini. Proses dari penemuan suatu
obat baru membutuhkan tahapan yang panjang dan tidak mudah, memerlukan waktu
yang lama sekitar 8 hingga 16 tahun selain itu juga tentunya memerlukan biaya
yang tidak sedikit jumlahnya. Dengan memanfaatkan komputer atau metode
komputasi merupakan salah satu tawaran yang menarik dalam mengefisiensikan
dalam penemuan obat baru. Metode in silico dengan menggunakan komputer dapat
digunakan sebagai komplemen metode in vitro dan in vivo yang merupakan proses
lazim dalam penemuan obat.
Contoh dari penggunaan metode komputasi
dalam penemuan obat baru adalah penggunaan metode komputasi membantu menemukan senyawa yang berpotensi untuk
mencegah penyakit tidur atau tripanosomiasis yang menjadi penyakit endemik di
Afrika. Melalui komputasi berhasil menemukan sekitar 3-5 senyawa yang potensial
dari 4.803 senyawa yang diteliti dengan biaya yang relative sedikit dan
efisien. Selain itu juga metode komputasi digunakan untuk menemukan senyawa
potensial untuk membantu mencegah virus corona SARS-Cov-2. Teknik yang
digunakan untuk merancang obat baru dengan bantuan computer adalah Computer-aided drug design (CADD)
yang salah satu metodenya adalah molecular docking. Molecular docking
merupakan suatu proses dalam melakukan interaksi antara suatu senyawa kimia
yang dapat berpotensi sebagai pengobatan dengan suatu reseptor protein.
Molecular docking dimanfaatkan untuk memilih
senyawa penuntun (lead
compound), optimasi
aktivitas dan profil ADMET dan meningkatkan keamanan obat.
Berikut ini terdapat beberapa saran apabila anda
tertarik untuk melakukan studi molecular docking :
- Carilah
file struktur tiga dimensi protein pada situs RSCB Protein Databank
(http://www.pdb.org). Gunakan struktur yang dihasilkan melalui percobaan
sinar X (struktur kristal), dengan resolusi ≤ 2,5 yang sudah mengandung
ligan. Gunakan struktur yang sesuai dengan spesies yang sedang Anda
teliti. Bila file struktur ini tidak tersedia, Anda perlu melakukan
pemodelan komparatif berdasarkan struktur kristal dari protein yang sama
pada spesies lainnya yang dekat hubungan genetiknya.
- Pahamilah
peran dari protein yang akan Anda gunakan di dalam alur metabolisme atau
alur sinyal kimiawi. Kenalilah ligan alami dari protein tersebut. Kenalilah
asam-asam amino pada situs aktif atau situs tambat protein itu yang
berinteraksi dengan ligan. Informasi ini bisa Anda peroleh dari artikel
yang melaporkan struktur kristal di atas.
- Gunakan
perangkat lunak gratis, PyRx (http://pyrx.sourceforge.net/) yang
mengandung modul AutoDock Vina, karena perangkat lunak dengan modul ini
memberikan pose yang konsisten. AutoDock Vina dengan sendirinya menyiapkan
struktur protein dan ligannya. Lakukan penambatan molekul dengan setting
asal, mula-mula tanpa kehadiran molekul ko-faktor atau H2O. Bila
dihasilkan interaksi protein-ligan yang kuat, maka interaksi dengan
kehadiran molekul ko-faktor atau H2O akan lebih kuat. Tampilkan hasil
penambatan molekul Anda dengan perangkat lunak PyMOL
(http://www.pymol.org/).
- Gambarlah
struktur ligan dengan perangkat lunak ACD/ChemSketch, kemudian ubahlah
gambar itu ke bentuk tiga dimensi, dioptimasi, dan simpan sebagai file mol
dengan perangkat lunak ACD/3D Viewer (http://www.acdlabs.com). Kemudian,
ubahlah file mol tersebut menjadi file mol dengan perangkat lunak
OpenBabel agar dapat dibaca oleh perangkat lunak PyRx. Semua perangkat
lunak ini gratis.
- Di
dalam penambatan molekul, biasanya digunakan protein yang sudah mengandung
ligan (holostructure). Posisi dan orientasi ligan bawaan tersebut
dijadikan sebagai acuan untuk menilai kualitas pose yang dihasilkan dari
penambatan molekul.
Komentar
Posting Komentar